Blog Rujak : Kumpulan Makalah Online Lengkap

Kumpulan Makalah, Artikel dan Tips Lengkap

ISLAM PADA MASA DINASTI AL-AYYUBIYAH

ADSENSE HERE!


A. SEJARAH  SINGKAT DAN PROSES BERDIRINYA DINASTI AL-AYYUBIYAH
Menurut silsilah   Dinasti Ayyubiyah merupakan    keturunan Ayyub    dari suku   Kurdi yang berasal dari Azerbaijan. Nama Ayyubiyah dikaitkan dengan nama ayah Salahuddin, yaitu  Ayyub bin Syadzi. Sebenarnya Dinasti ini berbentuk persatuan ( konfederasi ) beberapa Dinasti yang tunduk kepada satu Dinasti yang dipimpin oleh kepala keluarga. Tiap-tiap Dinasti diperintah oleh seorang anggota keluarga  Ayyubiyah.    Pada waktu Dinasti Abbasiyah masih berkuasa,    Dinasti Ayyubiyah ini masih berupa penguasa provinsi yang mengakui kekuasaan Dinasti Abbasiyah    dengan membayar upeti setiap tahunnya.  Pendiri Dinasti Ayyubiyah adalah Salahudin Al Ayyubi putra dari Najmudin bin Ayyub. Sebelum mendirikan Dinasti Ayyubiyah, pada masa Nurudin Zanki, gubernur Suriah dari Dinasti Abbasiyah, Salahudin Al ayyubbi diangkat sebagai kepala Garnisum di Balbek.
Shalahuddin  al-Ayyubi adalah seorang panglima Islam yang gagah berani dalam perang salib dan berhasil merebut kembali Baitul Maqdis dari tangan kaum salib. Pada masa mudanya Shalahuddin  Yusuf al-Ayyubi kurang terkenal dikalangan masyarakat. Ia senang berdiskusi tentang ilmu kalam, ilmu fikih, al-Qur’an dan Hadits.
Keberhasilan Salahudin al  Ayyubi sebagai tentara mulai terlihat ketika ia mendampingi pamannya, Asaduddin Syirkuh, yang mendapat tugas dari Nurudin Zanki untuk membantu Dinasti Fatimiyah di Mesir pada tahun 1164 M.    Perdana Menteri  Syawar yang dikudeta (  digulingkan  ) oleh Dirgam menjanjikan imbalan sepertiga pajak tanah Mesir kepada Salahudin Al Ayyubi jika  ia berhasil  mengalahkan Dirgam.  Ternyata Salahudin bisa mengalahkan Dirgam dan akhirnya Perdana Menteri  Syawar bisa menduduki kembali  jabatannya  pada tahun  1164 M.
Jatuhnya kota suci Baitul Maqdis ke tangan kaum salib telah membuat para pemimpin Islam terkejut. Kemudian para pemimpin bersepakat untuk merebut kembali kota tersebut. Diantara pemimpin yang paling gigih dalam usaha menghalau tentara salib adalah Imamuddin Zanki dan diteruskan oleh anaknya Nuruddin Zanki dan dibantu oleh panglima Asaduddin Syirkuh.
Setelah hampir empat puluh tahun kaum salib menduduki Baitul Maqdis, Shalahuddin  al-Ayyubi baru lahir yakni pada tahun 1138 M. Keluarga Shalahuddin  taat beragama dan berjiwa pahlawan. Ayahnya, Najmuddin Ayyub adalah seorang yang termasyhur dan beliau pulalah yang memberikan pendidikan awal kepada Shalahuddin . Selain itu, Shalahuddin  juga memperoleh pendidikan dari Asaduddin Syirkuh seorang negarawan dan panglima perang Syiria yang telah berhasil mengalahkan tentara salib di Syiria dan Mesir. Dalam setiap peperangan yang dipimpin panglima Asaduddin, Shalahuddin  selalu ikut sebagai tentara walaupun usianya masih muda.
Pada tahun 549 H/1154 M, panglima Asaduddin Syirkuh memimpin tentaranya merebut dan mengusai Damsyik. Shalahuddin  yang ketika itu baru berusia 16 tahun turut serta sebagai pejuang. Pada tahun 558 H/1163 M, panglima Asaduddin membawa Shalahuddin  al-Ayyubi yang ketika itu berusia 25 tahun untuk menundukan Dinasti Fatimiyah di Mesir yang diperintah oleh aliran Syiah Islamiyah yang semakin lemah, usahanya berhasil. Khalifah Dinasti Fatimiyah terakhir al-Adid Lidinillah dipaksa oleh Asasudin Syirkuh untuk menandatangani perjanjian. Akan tetapi, wazir besar Shawar merasa cemburu melihat Syirkuh semakin populer dikalangan istana dan rakyat.
Dengan sembunyi-sembunyi dia pergi ke Baitul Maqdis dan meminta bantuan salib untuk menghalau Syirkuh yang berkuasa di Mesir. Pasukan salib yang dipimpin oleh Amalric menyetujui permintaan tersebut. Maka terjadilah pertempuran antara pasukan panglima Syirkuh dan Amalric yang berakhir dengan kekalahan Asaduddin. Setelah menerima syarat-syarat damai Asaduddin dan Shalahuddin  dipersilahkan kembali ke Damsyik.
Kerjasama wazir besar Shawar dengan orang kafir telah menimbulkan kemarahan Nuruddin Zanki dan para pemimpin Islam lainnya termasuk Bagdad. Lalu dipersiapkannya tentara yang besar yang tetap dipimpin oleh Asaduddin Syirkuh dan Shalahuddin al-Ayyubi. Melihat kondisi tersebut pasukan salib segera mempersiapkan diri. Akan tetapi kali ini panglima Syirkuh berhasil mengalahkan tentara salib yang dipimpin oleh Amalric dan mengusirnya dari Mesir.
Panglima Syirkuh dan Shalahuddin  terus menuju ke ibu kota Kaherah dan mendapat tentangan dari pasukan Wazir Shawar. Akan tetapi, pasukan Syawar hanya dapat bertahan sebentar saja, dia sendiri melarikan diri dan bersembunyi. Khalifah al-Adid Lidinillah terpaksa menerima panglima Syirkuh dan Shalahuddin. Suatu ketika, Shalahuddin  sedang berziarah ke Mesir, ternyata Wazir Shawar bersembunyi di situ. Shalahuddin  segera menangkap dan Shawar, dibawa ke istana dan kemudian dihukum mati.
Khalifah al-Adid melantik panglima Asaduddin Syirkuh menjadi wazir besar menggantikan Shawar. Wazir baru itu segera melakukan perbaikan dan pembersihan pada setiap institusi kerajaan secara bertahap. Sementara anak saudaranya, Shalahuddin al-Ayyubi diperintahkan membawa pasukannya mengadakan pembersihan di kota-kota sepanjang sungai Nil hingga Assuan di sebelah utara dan bandar-bandar lain termasuk bandar perdagangan Iskandariyah.
Wazir Syirkuh tidak lama memegang jabatannya, karena beliau wafat pada tahun 565 H H/1169 M. Khalifah al-Adid melantik panglima Shalahuddin al-Ayyubi menjadi wazir menggantikan Syirkuh dengan mendapat persetujuan pembesar-pembesar Kurdi dari Turki. Walaupun kekuasaanya di bawah Dinasti Fatimiyah, Shalahuddin  tetap menganggap Nuruddin Zanki sebagai pemimpinnya.
Nuruddin Zanki berulang kali mendesak Shalahuddin agar menangkap Khalifah al-Adid dan mengakhiri Dinasti Fatimiyah untuk seterusnya diserahkan kepada Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Akan tetapi Shalahuddin tidak bertindak terburu-buru, beliau memperhatikan keadaan sekelilingnya sehingga musuh-musuh dalam keadaan betul-betul lemah.
Barulah pada tahun 567 H/1171 M, Shalahuddin mengumumkan penutupan Dinasti Fatimiyah. Ketika pengumuman peralihan kekuasaan itu dilaksanakan Khalifah al-Adid sedang sakit keras, sehingga beliau tidak mengetahui perubahan besar yang berlaku dalam di dalam negerinya. Satu hari setelah pengumuman tersebut, Khalifah al-Adid meninggal dunia.
Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti Fatimiyah yang dikuasai oleh kaum Syiah selama 270 tahun. Keadaan seperti ini memang telah lama dinanti oleh umat Islam pada waktu itu. Apalagi setelah Wazir Syawar bersekongkol dengan kaum salib musuh Islam. Mereka sangat berterima kasih kepada Panglima Shalahuddin al-Ayyubi yang dengan kebijaksanaanya dan kepintarannya. Bersamaan dengan itu pula, Wazir Shalahuddin al-Ayyubi telah meresmikan Universitas al-Azhar yang selama ini dikenal sebagai pusat pengajian Syiah kepada pusat pengajian Ahlussunnah wal jama’ah.
Walaupun sangat pintar dan bijak mengatur strategi dan berani di medan tempur Shalahuddin berhati lembut, tidak mau menipu atasannya demi kekuasaan dunia. Beliau tetap setia pada atasannya, tidak mau merampas kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Karena apa yang dikerjakannya selama ini hanyalah untuk menghalau tentara salib dari bumi Jerussalem. Untuk tujuan ini, beliau berusaha menyatupadukan wilayah-wilayah Islam terlebih dahulu, kemudian mengahapuskan para penghianat agama dan negara agar peristiwa Wazir Syawar tidak terulang lagi.
Di Mesir, beliau telah berkuasa penuh, tetapi masih tetap taat setia pada kepemimpinan Nuruddin Zanki dan Khalifah di Baghdad. Tahun 1173 M Nuruddin Zanki wafat dan digantikan putranya Ismail yang ketika itu berusia 11 tahun dan bergelar Mulk al-Shalih. Para ulama dan pembesar menginginkan agar Shalahuddin mengambil alih kekuasaan karena tidak suka kepada Mulk al-Shalih disebabkan kurang bertanggung jawab dan suka bersenang-senang. Akan tetapi Shalahuddin tetap taat setia pada Mulk al-Shalih.
Apabila Damsyik di serang kaum salib, barulah Shalahuddin menggerakkan pasukannya ke Syiria untuk mempertahankan kota tersebut jangan sampai jatuh ke tangan kaum salib. Tidak lama kemudian Ismail wafat, maka Shalahuddin menyatukan Syiria dengan Mesir dan mendirikan Dinasti al-Ayyubiyah dengan beliau sendiri sebagai khalifah pertama. Tiada berapa lama kemudian, Shalahuddin dapat menggabungkan negeri-negeri an-Nubah, Sudan, Yaman, dan Hijaz ke dalam kekuasaanya yang besar. Negara di Afrika yang telah diduduki oleh laskar salib dari Normandy, juga telah dapat direbutnya dalam waktu yang singkat. Dengan ini kekuasaan Shalahuddin telah cukup besar dan tentaranya cukup untuk mengusir tentara kafir Kristen yang menguasai Baitul Maqdis selama berpuluh-puluh tahun.
Disamping Shalahuddin Al Ayyubi, tokoh lain yang berperan terhadap berdirinya Dinasti Al Ayyubiyah adalah Asaduddin Syirkuh. Sifat Shalahuddin yang lemah lembut, Zuhud, Wara’ dan sederhana membuat kaum muslimin di bawah kekuasaannya sangat mencintainya. Demikianlah sejarah singkat dan proses berdirinya Dinasti Ayyubiyah.

Ketahuilah !!

Berdirinya Dinasti Al Ayyubiyah merupakan kelanjutan dari Dinasti Abbasiyah, ketika Dinasti Abbasiyah masih berdiri Dinasti ini merupakan penguasa propinsi yang masih mengakui kekuasaan Dinasti Abbasiyah dengan membayar upeti.


B.  SULTAN-SULTAN YANG  BERKUASA PADA MASA DINASTI AL AYYUBIYAH
Setelah mulai berkuasa, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi tidak membuat suatu kekuasaan yang terpusat di Mesir. Ia justru membagi wilayah kekuasaan saudara-saudara dan keturunannya. Hal ini mengakibatkan munculnya beberapa cabang Dinasti Ayyubiyah seperti di bawah ini.

1)        Kesultanan Ayyubiyah di Mesir
No
Nama Sultan
Memerintah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Shalahudddin Yusuf al-Ayyubi
Al-Aziz
Al-Mansur
Al-Adil
Al-Kamil
Al-Adil II
As-Salih Ayyub
Al-Mu’azzam Turansyah
Al-Asraf II
1171-1193 M
1193-1198 M
1198-1200 M
1200-1218 M
1218-1238 M
1238-1240 M
1240-1249 M
1249-1250 M
-

2)        Kesultanan Ayyubiyah di Damaskus
No
Nama Sultan
Memerintah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
Al-Afdal
Al-Adil I
Al-Mu’azzam
An-Nasir Dawud
Al-Asraf
As-Salih Ismail
Al-Kamil
Al-Adil II
As-Salih Ayyub
As-Salih Ismail (kedua)
As-Salih Ayyub (kedua)
Turansyah
An-Nasir Yusuf
1174-1193 M
1193-1196 M
1196-1218 M
1218-1227 M
1227-1229 M
1229-1237 M
1237-1238 M
        -1238 M
1238-1239 M
        -1239 M
1239-1245 M
1245-1249 M
1249-1250 M
1250-1260 M

3)        Kesultanan Ayyubiyah di Aleppo
No
Nama Sultan
Memerintah
1.
2.
3.
4.
Shalahudddin Yusuf al-Ayyubi
Az-Zahir
Al-Aziz
An-Nasir Yusuf
1183-1193 M
1193-1216 M
1216-1236 M
1236-1260 M

4)        Kesultanan Ayyubiyah di Hamah
No
Nama Sultan
Memerintah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Al-Muzaffar I
Al-Mansur
An-Nasir
Al-Muzaffar II
Al-Mansur II
Al-Muzaffar III
Al-Muayyad
Al-Afdal
1178-1191 M
1191-1221 M
1221-1229 M
1229-1244 M
1244-1284 M
1284-1300 M
1300-1331 M
1331-1342 M

5)        Kesultanan Ayyubiyah di Homs
No
Nama Sultan
Memerintah
1.
2.
3.
4.
Al Qahir
Al Mujahid
Al Mansur
Al Asraf
1178-1186 M
1186-1240 M
1240-1246 M
1246-1263 M

6)        Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafariqin
No
Nama Sultan
Memerintah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
Al-Adil I
Al-Awhad
Al-Asraf
Al-Muzaffar I
Al-Kamil
1185-1193 M
1193-1200 M
1200-1210 M
1210-1220 M
1220-1247 M
1247-1260 M

7)        Kesultanan Ayyubiyah di Sanjar
No
Nama Sultan
Memerintah
1.
Al-Asraf
1220-1229 M

8)        Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfa
No
Nama Sultan
Memerintah
1.
2.
3.
As-Salih Ayyub
Al-Mu’azzam Turansyah
Al-Awhad
1232-1239 M
1239-1249 M
1249-1283 M

9)        Kesultanan Ayyubiyah di Yaman
No
Nama Sultan
Memerintah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Al-Mu’azzam Turansyah
Al-Aziz Tugtegin
Mu’izzuddin Ismail
An-Nasir Ayyub
Al-Muzaffar Sulaiman
Al-Mas’ud Yusuf
1173-1181 M
1181-1197 M
1197-1202 M
1202-1214 M
1214-1215 M
1215-1229 M

10)    Kesultanan Ayyubiyah di Kerak
No
Nama Sultan
Memerintah
1.
2.
An-Nasir Dawud
Al-Muglib
1229-1249 M
1249-1263 M

Dari beberapa sultan di atas, berikut ini akan dikemukakan pembahasan mengenai beberapa sultan Dinasti Ayyubiyah yang menonjol yaitu Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi, al-Adil I dan al-Kamil

1)        Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi ( 1138-1193 M )
      Diantara para khalifah, SHalahuddin Al Ayyubi adalah pendiri dan sekaligus khalifah yang terkenal yang berhasil membawa Dinasti Ayyubiyah ke puncak kejayaan. Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi dianggap sebagai pembaharu di Mesir karena dapat mengembalikan madzhab Sunni. Beberapa usaha yang dilakukan oleh Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi dalam membangun pemerintahan adalah :
1. Mendirikan madrasah-madrasah yang menganut mazhab Syafi’i dan mazhab Maliki.
2.      Mengganti kadi-kadi Syi’ah dengan kadi-kadi Sunni.
3.      Mengganti pegawai pemerintahan yang melakukan korupsi.
4.    Memecat pegawai yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok.
     Melihat keberhasilan Salahuddin dalam menata pemerintahan , khalifah Al Mustadi dari Dinasti Abassiyah memberikan gelar kepadanya Al Mu’izz li Amiril Mu’minin ( penguat kedudukan Amirul Mu’minin ). Pada tahun 1175 M Khalifah Al Mustadi  menyerahkan wilayah Mesir, An Naubah, Yaman,Tripoli, Syria, Palestina dan maghrib ( Maroko ) ke bawah kekuasaan Salahuddin. Hal ini dilakukan setelah Salahuddin menyebut nama Khalifah Abbasiyah dalam setiap khotbah jum’at di setiap masjid de wilayah Mesir. Sejak saat itulah, ia dianggap sebagai Sultan Islam wal Muslimin.

     Dalam masa pemerintahannya, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi menghadapi pemberontakan dari kalangan sendiri. Hal itu terjadi karena adanya keirian dan kedengkian terhadap keberhasilan Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi. Orang yang pertama iri adalah Nuruddin Zanki, ia merasa kebesarannya tersaingi oleh Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi. Selain itu, Shalahuddin juga mengingkari janjinya untuk membantu Nuruddin Zanki dalam  membantu menghadapi tentara salib yang mengusai Kerak dan Syaubak. Orang yang kedua membenci Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi adalah kepala rumah tangga Khalifah al-Adid yang bernama Hajib Adapun pemberontakan yang terjadi pada masa Salahuddin Al Ayyubi berkuasa yang berasal dari  kalangan sendiri diantaranya :
1.      Pemberontakan  yang dilakukan oleh  Hajib ( kepala rumah tangga khalifah Al Adid ) ia memberontak karena hak-haknya sebagai kepala rumah tangga istana dikurangi, kemudian ia bersekongkol dengan tentara An Naubah dari Sudan untuk menggulingkan  Salahuddin.
2.      Pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Asassin  yang dipimpin oleh Syekh Sinan.
3.      Pemberontakan yang dilakukan kelompok Zanki. Kelompok ini merupakan pembela Al Malik As Salih Ismail  yang bersekongkol  dengan Al Gazi ( penguasa Mosul  dan paman Al Malik As Salih Ismail ) juga untuk menggulingkan Pemerintahan Salahuddin Al Ayyubi.
     Semua pemberontakan itu dapat diselesaikan oleh salahuddin Al Ayyubi  dengan baik. Penyelesaian pemberontakan itu ditempuh dengan  jalan damai ( perundingan ) dan dengan jalan peperangan ( penumpasan ).
     Setelah melalui berbagai peperangan dan menaklukan berbagai benteng dan kota, sampailah Sultan Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi pada keinginan utamanya yaitu merebut Baitul Maqdis. Kini beliau mengepung Jerussalem selama empat puluh hari yang membuat penduduk kota tersebut tidak bisa berbuat apa-apa dan kekurangan kebutuhannya. Waktu itu Jerussalem dipenuhi dengan kaum pelarian dan orang-orang yang selamat dalam perang Hittin. Tentara pertahanannya sendiri tidak kurang dari 60.000 orang.
     Pada mulanya Sultan menyerukan seruan agar kota suci diserahkan secara damai. Beliau tidak ingin bertindak seperti yang dilakukan oleh Godfrey dan orang-orang pada tahun 1099 untuk membalas dendam. Akan tetapi pihak Kristian telah menolak tawaran baik dari sultan, bahkan mereka mengangkat komandan perang untuk mempertahankan kota itu. Karena mereka menolak seruan, Sultan Shalahuddin bersumpah akan membunuh semua orang Kristen di dalam kota itu untuk membalas dendam dalam peristiwa 90 tahun yang lalu. Mulailah pasukan kaum muslimin melancarkan serangan ke atas kota itu dengan anak panah dan manjanik.
     Kaum salib membalas serangan itu dari dalam benteng. Setelah berlangsung serangan selama empat belas hari, kaum salib melihat bahwa pintu benteng hampir musnah oleh serangan kaum muslimin. Para pemimpin kaum salib mulai merasa takut melihat kegigihan dan kekuatan pasukan muslim yang hanya menunggu waktu untuk masuk. Beberapa pemimpin Kristian telah keluar menemui Sultan Shalahuddin menyatakan keinginannya untuk menyerahkan kota suci secara aman dan minta agar nyawa mereka diselamatkan.
     Akan tetapi sultan menolak sambil berkata: ”Aku tidak akan menaklukan kota ini kecuali dengan kekerasan sebagaimana kamu dahulu menaklukannya dengan kekerasan. Aku tidak akan membiarkan seorang Kristenpun melainkan kubunuh sebagaimana engkau membunuh semua kaum muslimin di dalam kota ini dahulu. Setelah usaha diplomatik mereka tidak berhasil, Datuk bandar Jerussalem sendiri datang menghadap sultan dengan merendah diri dan minta dikasihani, membujuk dan merayu dengan segala cara. Sultan Shalahuddin tidak menjawabnya.
     Akhirnya ketua Kristiani itu berkata: ”jika tuan tidak mau berdamai dengan kami, kami akan balik dan membunuh semua tahanan (terdiri kaum muslimin berjumlah 4000 orang) yang ada pada kami. Kami juga akan membunuh anak cucu kami dan perempuan-perempuan kami. Setelah itu kami akan binasakan rumah-rumah dan bangunan-bangunan  yang indah-indah, semua harta dan perhiasan yang ada pada kami akan dibakar. Kami juga akan memusnahkan kubah Shahra’, kami akan hancurkan semua yang ada sehingga tidak ada apa-apa yang boleh dimanfaatkan lagi. Selepas itu, kami akan keluar untuk berperang mati-matian, karena sudah tidak ada apa-apa lagi yang kami harapkan selepas ini. Tidak seorangpun boleh membunuh kami sebelum orang-orang tuan terbunuh terlebih dahulu. Nah, jika demikian keadaannya, kebaikan apalagi yang tuan harapkan.
     Setelah mendengar kata-kata nekat itu, Sultan Shalahuddin menjadi lembut dan kasihan serta bersedia untuk memberikan keamanan. Beliau meminta nasehat para ulama yang mendampinginya mengenai sumpah berat yang telah diucapkannya. Para ulama mengatakan bahwa beliau mesti menebus sumpahnya dengan membayar kifarat sebagaimana yang telah disyariatkan.
     Maka berlangsunglah penyerahan kota secara aman dengan syarat setiap penduduk mesti membayar uang tebusan. Bagi lelaki wajib membayar sepuluh dinar, perempuan lima dinar dan anak-anak membayar dua dinar saja. Barang siapa yang tidak mau membayar tebusan, akan menjadi tawanan kaum muslimin dan berkedudukan sebagai hamba. Semua rumah, senjata dan alat-alat peperangan lainnya mesti ditinggalkan untuk kaum muslimin. Mereka boleh pergi ke mana saja tempat yang aman untuk mereka. Mereka diberi waktu empat puluh hari untuk memenuhi syarat-syaratnya dan barang siapa yang tidak sanggup menunaikannya sampai waktu yang ditentukan, ia akan menjadi tawanan. Ternyata ada 16.000 orang Kristian yang tidak sanggup membayar uang tebusan. Semua mereka ditahan sebagai hamba.
     Maka pada hari Jum’at 27 Rajab 583 H, Sultan Shalahuddin bersama kaum muslimin memasuki Baitul Maqdis. Mereka mengumandangkan “Allahu Akbar“ dan bersyukur kehadirat Allah SWT, air mata mereka menetes di pipi kaum muslimin setelah memasuki Baitul Maqdis. Para ulama juga memberikan ucapan selamat kepada Sultan Shalahuddin yang telah berhasil merebut kembali Baitul Maqdis dari kaum Kristiani.
     Kejatuhan Jerussalem ke tangan kaum muslimin telah membuat Eropa marah. Mereka mengeluarkan tulisan yang disebut ”Saladin tithe” yang artinya derma wajib untuk melawan Shalahuddin yang hasilnya digunakan untuk membiayai perang salib. Dengan angkatan perang yang besar, beberapa raja Eropa berangkat untuk merebut kota suci tersebut. Maka terjadilah perang salib ke tiga yang sangat sengit. Namun demikian, Shalahuddin masih dapat mempertahankan Jerussalem sampai perang selesai. Setahun setelah perang salib ke tiga, Sultan Shalahuddin wafat.

2)        Al Adil ( 1145-1238 M )
     Al-Adil memiliki nama lengkap al-Malik al-Adil Syaifuddin Abu Bakar bin Ayyub. Dari nama Syaifuddin ini, tentara salib memberinya gelar Saphadin. Ia adalah putra Najmuddin Ayyub dan merupakan saudara muda Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi. Prestasi pertamanya adalah ketiak ia diangkat sebagai pemimpin pasukan saat mengkitu ekspedidi militer pamannya, Syirkuh ke Mesir antara tahun 1168-1169 M. Setelah kematian Nuruddin Zanki pada tahun 1174, ia memerintah di Mesir atas nama saudaranya, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi. Sebagai seorang pemimpin, ia berhasil mengumpulkan sumber daya, baik alam maupun manusia, untuk membantu Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi menguasai Syiria dan menghadapi pasukan salib antara tahun 1175-1183. pada tahun 1176, ia memadamkan pemberontakan orang-orang Kristen Koptik di kota Qift, Mesir. Setelah itu, ia memerintah di Allepo sebagai gubernur antara tahun 1183-1186. tidak lama kemudian, ia kembali ke Mesir untuk menghadapi pasukan salib pada tahun 1186-1192. Pada tahun 1192-1193, ia menjadi gubernur di wilayah utara Mesir.
     Setelah kematian Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi pada bulan Maret tahun 1193, ia menghadapi pemberontakan Izzuddin di Mosul. Kemudian, ia juga menentukan siapa yang berhak menjadi penguasa ketika terjadi perselisihan di antara anak-anak Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi, al-Aziz dan al-Afdal. Ia kemudian menduduki jabatan Gubernur Syiria di Damaskus dan menggunakan wilayah ini sebagai basis untuk memperluas kekuasaannya. Setelah kematian, al-Aziz, al-Afdal berusaha menduduki jabatan sultan. Akan tetapi, al-Adil beranggapan al-Afdal tidak pantas menduduki jabatan sultan. Akhirnya, peperangan antara keduanya tidak terhindarkan. Al-Adil berhasil mengalahkan al-Afdal dan menjadi sultan di Damaskus.
     Setelah menjadi sultan, ia memerintah wilayah Mesir dan Syiria dengan bijaksana selama hampir dua dekade. Ia juga mendorong perdagangan dan menjalin hubungan baik dengan negara-negara salib. Setelah mendengar kabar akan adanya angkatan perang salib ke-5, ia kembali bersiap ke medan laga walaupun usianya telah lanjut. Ia memperkuat pertahanan di Mesir dan Palestina. Di tengah persiapan perang itu, ia jatuh sakit dan meninggal dunia pada bulan Agustus 1218, ia digantikan oleh putranya, al-Kamil.
     Al-Adil merupakan seorang pemimpin pemerintahan dan pengatur strategi yang berbakat dan efektif. Ia mampu menyediakan kebutuhan militer yang dibutuhkan Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi dalam setiap peperangan besarnya. Ia mempunyai peranan yang sangat besar bagi Dinasti Ayyubiyah dalam mempertahankan eksistensinya.

3)        Al Kamil ( 1180-1238 )
     Al-Kamil memiliki nama lengkap al-Malik al-Kamil Nasiruddin Abu al-Ma’ali Muhammad. Ia dipuja-puja karena berhasil dua kali mengalahkan pasukan salib. Akan tetapi, ia juga dicaci maki karena menyerahkan kembali kota Jerussalem kepada orang-orang Kristen.
     Al-Kamil adalah putra dari al-Adil, saudara muda Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi. Pada tahun 1218, al-Kamil memimpin pertahanan menghadapi pasukan salib yang mengepung kota Dimyat (Damietta) dan kemudian menjadi sultan sepeninggal ayahnya. Pada tahun 1219, ia hampir kehilangan tahtanya karena konspirasi kaum Kristen Koptik. Al-Kamil kemudian pergi ke Yaman untuk menghindari konpsirasi itu. Akhirnya konspirasi itu berhasil dipadamkan oleh saudaranya yang bernama al-Mu’azzam yang menjabat gubernur Suriah.
     Beberapa kali ia menawarkan perdamaian kepada pasukan salib, tetapi mereka menolak tawaran itu karena adanya pengaruh dari Paus. Ia pernah menawarkan untuk mengembalikan Jerussalem, membangun lagi temboknya yang setahun lalu dirobohkan oleh saudaranya, dan mengembalikan salib asli kepada tentara salib.
     Tersebarnya wabah penyakit dan kelaparan akibat banjir sungai Nil mengakibatkan al-Kamil gagal mempertahankan Dimyat pada bulan November 1219. Ia menarik pasukannya menuju Mansurah, sebuah benteng di hulu sungai Nil. Pasukan salib terus maju menuju Kairo. Al-Kamil kemudian membuka bendungan sungai Nil dan banjir melanda wilayah yang dikuasai oleh pasukan salib. Kejadian itu membuat pasukan salib terpaksa menerima perdamaian yang ditawarkan al Kamil.
     Pada tahun berikutnya, al-Kamil berselisih dengan saudaranya, al-Mu’azzam. Al-Kamil kemudian berencana menerima perdamaian dari Federick II, Raja Sisilia yang telah menyiapkan pasukan salib ke-6. Pada tahun 1227, al-Mu’azzam meninggal dan al-Kamil berbagi kekuasaan dengan saudaranya al-Asraf Khalil. Dalam perjanjian itu, wilayah al-Kamil meliputi Palestina (Transyordan), sedangkan wilayah al-Asraf Khalil meliputi Syria.
     Pada bulan Februari tahun 1229 M, al-Kamil menyepakati perdamaian selama 10 tahun dengan Federick II. Ia mengembalikan Jerusalem dan kota-kota suci lainnya kepada pasukan salib. Kaum muslimin dan umat Yahudi dilarang memasuki kota itu, kecuali di sekitar Masjidil Aqsa dan Masjid Umar. Perjanjian itu banyak ditentang oleh kaum muslimin dan kaum Kristen sendiri. Hal itu membuat al-Kamil menerima banyak cacian dan penentangan.
     Al-Kamil meninggal pada tahun 1238, kedudukannya sebagai sultan digantikan oleh Shalih al-Ayyub. Pada masa pemerintahannya, Shalih al-Ayyub sering terlibat perang saudara dengan kerabat dekatnya. Faktor-faktor tersebut membuat kekuatan Dinasti Ayyubiyah makin melemah. Masa kekuasaan Dinasti Ayyubiyah berlangsung kurang lebih selama 78 tahun yaitu mulai tahun 1171 – 1249 M.
    Ketahuilah !!
Shalahuddin Al Ayyubi merupakan panglima perang Islam dalam perang Salib yang sangat disegani. Di Eropa beliau terkenal dengan nama Saladin, pada masanya slam mencapai masa kejayaan.
C.  BERAKHIRNYA  KEKUASAAN DINASTI  AL AYYUBIYAH
Sebelum wafat, Salahuddin Al Ayyubi membagi keekuasaannya kepada pewarisnya, yaitu anak-anak dan saudaranya, mereka adalah Al Malik berkuasa di Damascus, Al Aziz berkuasa di Kairo, Az Zahir berkuasa di Aleppo, serta saudara bungsu dan sekaligus orang kepercayaan Salahuddin, Al Adil mewarisi kekuasaan di Karak dan Syubak. Namum perselisihan dan pertikaian tak dapat dihindarkan diantara para pewaris tersebut.  Memanfaatkan perselisihan itu, pada tahun 1198 – 1218 M  Al Adil mengambil alih kekuasaan  di Mesir  dan Syria. Sepeninggal Al Adil  yang wafat pada tahun 1218 M, Dinasti Ayyubiyah di Mesir, Damascus dan Mesopotamia masih dikuasai keturunan Al adil.
Perselisihan terus terjadi. Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan Damascus selalu bersaing untuk memperebutkan wilayah Syiria. Akibat perselisihan ini, beberapa kota yang dulu berhasil direbut dan dikuasai Salahuddin lepas ke tangan pasukan Salib. Penerus Al Adil, yaitu Al Kamil  ( 1218 – 1238 M ) selanjutnya menjadi pemimpin utama Dinasti Ayyubiyah. Pada masanyalah  Yerussalem /Baitul Maqdis pernah diserahkan kepada pemimpin pasukan salib, Frederick  yaitu pada tahun 1229. Penyerahan dilakukan karena Frederick menjanjikan bantuan  kepada Al Kamil untuk menghadapi musuh-musuhnya yang sebagian besar adalah keluarga Ayyubiyah sendiri. Pasukan Salib tetap menguasai  Yerussalem sampai tahun 1244  M. Yang berhasil mengembalikan  Yerussalem ke tangan umat Islam adalah Khawariz Turki setelah mendapat imbauan dari Al Malik Ash Shalih Najmuddin Al Ayyubi.
Masa kekuasaan Dinasti Ayyubiyah berlangsung kurang lebih selama 78 tahun yaitu mulai tahun 1171 – 1249 M. Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah dimulai pada masa Sultan As Salih. Pada waktu itu , tentara dari kaum budak di Mesir ( Mamluk ) memegang kendali pemerintahan. Setelah As Salih wafat pada tahun 1249 M, kaum Mamluk mengangkat istri As salih yaitu Syajaruddur menjadi Sulthonah( ratu ). Ia adalah penguasa muslim perempuan yang berkuasa selama 80 hari. Dialah peletak dasar kekuasaan Dinasti Mamluk di Mesir. Dengan demikian , berakhirlah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah di Mesir. Meskipun demikian, Dinasti Ayyubiyah masih berkuasa di Suriah.
      Pada tahun 1260 M tentara Mongol hendak menyerbu Mesir, komando tentara Islam dipegang oleh Qutuz, panglima perang Mamluk. Dalam pertempuran di Ain Jalut,   Qutuz  berhasil mengalahkan tentara Mongol dengan gemilang. Selanjutnya Qutuz mengambil alih kekuasaan Dinasti Ayyubiyah. Sejak itu, berakhirlah riwayat Dinasti Ayyubiyah.

D.  PERILAKU YANG MENCERMINKAN KETELADANAN DARI TOKOH-TOKOH PEMIMPIN DINASTI AL AYYUBIYAH YANG BISA DIPRAKTEKKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Setelah kita mendengarkan uraian guru atau membaca materi diatas, maka dapat diambil pelajaran dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya :
1.      Ketika ada teman kita atau tetangga kita yang mengalami kesusahan tanpa ada yang menyuruh kita ikut merasakan dan membantu beban mereka.
2.      Ketika dalam suatu rapat osis pendapat kita berbeda dengan teman kita, maka kita tidak boleh mencemooh atau menghina
3.      Dalam suatu ketika ada teman kita yang mengambil barang milik temannya, teman tersebut kebetulan teman akrab kita. Hal tesebut suatu tindakan yang tidak terpuji, maka kita selaku teman untuk mengingatkannya, bukan malah menutupi masalah.
4.      Kita harus menjauhklan diri dari sifat iri dan dengki, karena sifat tersebut merupakan salah satu dari penyakit hati yang kalau dibiarkan akan mengakibatkan hati kita mati (sulit untuk menerima petunjuk/hidayah).
5.      Kita harus memiliki keberanian (As Syaja’ah) dalam membela kebenaran seperti yang ditunjukkan oleh Shalahuddin Al Ayyubi.
6.      Untuk menggapai sebuah cita-cita kita harus memulainya dengan kerja keras, belajar dan berdoa, karena tidak ada keberhasilan tanpa usaha.
7.      Kita harus hidup sederhana dan tidak berlebih lebihan.

RANGKUMAN
1.      Dinasti Al Ayyubiyah berasal dari suku Kurdi yang didirikan oleh Shalahuddin Al Ayyubi. Nama Ayyubiyah dinisbahkan pada nama kakeknya yaitu  Ayyub bin Syadzi. Tokoh lain yang berperan dalam pendirian Dinasti Al Ayyubiyah adalah Asaduddin Syirkuh.
2.      Pemberontakan yang pernah terjadi ketika Shalahuddin berkuasa :
a.Pemberontakan  yang dilakukan oleh  Hajib
b.Pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Asassin  yang dipimpin oleh Syekh Sinan.
      c.Pemberontakan yang dilakukan kelompok Zanki.
3.   Dinasti Al Ayyubiyah berkuasa kurang lebih selama 78 tahun yaitu mulai tahun 1171 –      1249 M.Khalifah yang terkenal yaitu Shalahuddin Al Ayyubi, pada masanya Islam mencapai masa kejayaan. Khalifah lain yang menonjol adalah Al Adil dan Al Kamil.
4.   Setelah Dinasti Al Ayyubiyah runtuh maka kekhalifahan Islam dilanjutkan oleh Dinasti Mamluk di Mesir (kaum budak).
ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Copyright © Blog Rujak : Kumpulan Makalah Online Lengkap. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design