ADSENSE HERE!
ALIRAN PERENIALISME
Perenialisme berasal dari kata
perennial, yang dalam Oxford Advance learner’s Dictionary of Current English diartikan
sebagai “continuiting throughout the whole year ” atau “lasting
for a very long time” “abadi atau kekal” dan dapat pula “berarti
terus tiada akhir”. Dengan demikian esensi kepercayaan filsafat perenialisme
ialah berpegang teguh pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat kekal
abadi. Perenialisme adalah gerakan pendidikan yang memprotes terhadap gerakan
pendidikan progesivisme yang mengingkari supernatural. Perenialisme adalah
gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada,dan
bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman
kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut.
Perenialisme mengikuti paham realisme, yang sejalan dengan
Aristoteles bahwa manusia itu rasional. Sekolah adalah lembaga yang didesain
untuk menumbuhkan kecerdasan.. Dalam perenialisme ada dua aliran besar yaitu
aliran Thomas Aquinas dan aliran Mortimer dan Robert Hutchins. Robert Hutchins
merangkum tugas pendidikan sebagai berikut: Pendidikan mengandung pengajaran.
Mengajar mengandung pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran
dimanapun adalah sama, karena itu pendidikan di manapun seharusnya sama.
Salah satu
kajian teori kependidikan perenialisme mencuat sebagai sebuah pemikiran formal
(resmi) pada dekade 1930an sebagai bentuk reaksi terhadap kalangan progrresif,
yang mana kalangan perenialisme merasakan runyamnya bangunan intelektual
kehidupan bangsa, karena penekanan di sekolah-sekolah terhadap keterpusatan
pada subjek didik, paham kekinian dan dan penyesuaian hidup. Perenial modern
secara umum menampilkan sebuah penolakan besar-besaran terhadap cara pandang
progresif Bagi kalangan perenialis, permanensi meskipun pergolakan-pergolakan
politik dan sosial yang sangat mennonjol adalah lebih riil dari pada konsep
perubahan kalangan pragmatis. Dengan demikian kalangan perenialis mempelopori
gerakan kembali pada hal-hal absolut dan memfokuskan pada ide gagasan yang
luhur yang menjarah dari budaya manusia, ide gagasan semacam ini telah terbukti
keabsahannya dan kegunaanya karena mampu bertahan dari ujian waktu.
Pandangan
Perenialisme tentang :
1.
Kurikulum
merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan
kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara
sembarangan. Penyusunan kurikulum memerlukan landasan-landasan yang kuat, yang
didasarkan pada penelitian dan hasil-hasil pemikiran yang mendalam. Penyusunan
kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat akan berakibat fatal
terhadap kegagalan pendidikan dan akan berakibat pula pada pola pengembangan
manusia,karena jika kurikulumnya lemah maka yang akan “ambruk” adalah
manusianya. Kurikulum menurut kaum perenialis harus
menekankan pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi
“terpelajar secara cultural” para siswa harus berhadapan dengan bidang seni dan
sains yang merupakan karya terbaik yang diciptakan oleh manusia.
Kurikulum
perenialisme berpusat pada mata pelajaran, dan cenderung menitik
beratkan kepada: sastra, matematika, bahasa, humaniora termasuk sejarah.
Kurikulum adalah pendidikan liberal. Pendidikan liberal (bebas) menjadikan
orang-orang bebas dan manusia sejati sebagai lawan dari pelatihan dan
penerimaan untuk melakukan tugas-tugas dalam dunia kerja. Semua orang dapat
bebas dan menjadi penguasa, dan semua orang memerlukan pendidikan liberal
supaya dapat berpikir dan berkomunikasi. Aliran perenialisme kurang fleksibel
dalam mengembangkan kurikulum. Kaum perenialisme mendasarkan teorinya pada
pandangan universal bahwa semua manusia memiliki esensial sebagai makhluk
rasional. Jadi tidaklah baik menggiring dan mencocok hidung mereka ke
penguasaan keterampilan vokasional. Karena ini semua berpotensi mengganggu
perkembangan rasionalnya, eksperimen saintifik dianggap mengurangi pentingnya
kapasitas manusia untuk berpikir.
2.
Relevansi
Pandangan Perenialisme
Penerapannya di bidang pendidikan ilmu pengetahuan
merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu
pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa. Dengan
berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan melalui akal pikiran. . Jadi epistemologi
dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan tentang pengertian dari kebenaran
yang sesuai dengan realita hakiki, yang dibuktikan dengan kebenaran yang ada
pada diri sendiri dengan menggunakan tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode
dedduksi, yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan kebenaran hakiki,
dan tujuan dari epistemologi perenialisme dalam premis mayor dan metode
induktifnya sesuai dengan ontologi tentang realita khusus. Menurut perenialisme penguasaan pengetahuan mengenai
prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran
dan kecerdasan. Prinsip-prinsip pertama mampu mempunyai penman sedemikian, karena
telah memiliki evidensi diri sendiri.
Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal faktor-faktor dengan pertautannya masing-masing memahami problema yang perlu diselesaikan dan berusaha untuk men gadakan penyelesaian masalahnya. Dengan demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham.
Anak didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat dalam bidang-bidang seperti bahasa dan sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lainnya, telah banyak yang mampu memberikan ilmunisasi zaman yang sudah lampau. Jelaslah bahwa dengan mengetahui dan mengembangkan pemikiran karya-karya buah pikiran para ahli pada masa lampau, maka anak-anak didik dapat mengetahui bagaimana pemikiran para ahli tersebut dalam bidangnya masing-masing dan dapat mengetahui bagaimana peristiwa pada masa lampau tersebut sehingga dapat berguna bagi diri mereka sendiri, dan sebagai bahan pertimbangan pemikiran mereka pada zaman sekarang ini. Hal inilah yang sesuai dengan aliran filsafat perenialisme tersebut.
Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal faktor-faktor dengan pertautannya masing-masing memahami problema yang perlu diselesaikan dan berusaha untuk men gadakan penyelesaian masalahnya. Dengan demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham.
Anak didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat dalam bidang-bidang seperti bahasa dan sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lainnya, telah banyak yang mampu memberikan ilmunisasi zaman yang sudah lampau. Jelaslah bahwa dengan mengetahui dan mengembangkan pemikiran karya-karya buah pikiran para ahli pada masa lampau, maka anak-anak didik dapat mengetahui bagaimana pemikiran para ahli tersebut dalam bidangnya masing-masing dan dapat mengetahui bagaimana peristiwa pada masa lampau tersebut sehingga dapat berguna bagi diri mereka sendiri, dan sebagai bahan pertimbangan pemikiran mereka pada zaman sekarang ini. Hal inilah yang sesuai dengan aliran filsafat perenialisme tersebut.
3.
Nilai
Perenialisme memandang masalah nilai
berdasarkan prinsip-prisinsip supernatural, yakni menerima universal yang
abadi. Khususnya dalam tingkah laku manusia, maka manusia sebagai subjek telah
memiliki potensi-potensi kebaikan sesuai dengan kodratnya. Di samping itu ada
pula kecenderungan-kecenderungan dan dorongan-dorongan kearah yang tidak baik.
Tindakan manusia yang baik adalah persesuaian dengan sifat rasional (pikiran)
manusia. Kebaikan yang teringgi ialah mendekatkan diri pada Tuhan sesudah
tingkatan ini baru kehidupan berpikir rasional. Menurut
Plato, manusia secara kodrat memiliki tiga potensi yaitu nafsu, kemauan dan
pikiran, Pendidikan hendaknya berorientasi pada p~tensi itu dan kepada
masyarakat, agar supaya kebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat bisa
terpenuhi. Dengan demikian jelaslah bahwa perenialisme itu rnenghendaki agar
pendidikan disesuaikan dengan keadaan manusia yang mempunyai nafsu, kemauan dan
pikiran sebagaimana yang dimiliki secara kodrat. Dengan memperhatikan hal ini,
maka pendidikan yang berorientasi pada potensi dan masyarakat akan dapat
terpenuhi.
4.
Tujuan Pendidikan
Tentang
pendidikan kaum Perenialisme memandang education as cultural regression :
pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang
dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan
pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang
pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang
sebagai kebudayaan ideal tersebut sejalan dengan hal di atas. Penganut
perenialisme percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga bersifat universal
dan abadi. Perenialisme itu rnenghendaki agar pendidikan disesuaikan dengan keadaan
manusia yang mempunyai nafsu, kemauan dan pikiran sebagaimana yang dimiliki secara
kodrat. Dengan memperhatikan hal ini, maka pendidikan yang berorientasi pada
potensi dan masyarakat akan dapat terpenuhi.
Bagi Aristoteles tujuan pendidikan adalah “kehahagiaan”. Untuk
mencapai pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi dan intelek harus di
kembangkan secara seimbang.
Tujuan
pendidikan yang dikehendaki oleh Thomas Aquinas ialah sebagai usaha mewujudkan
kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi aktualitas, aktif dan nyata,
Oalam hal ini peranan guru adalah mengajar dan memberikan bantuan pada anak
didik untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya.
Dapatlah disimpulkan bahwa tujuan
dari pada pendidikan yang hendak dicapai oleh para ahli tersebut di atas adalah
untuk mewujudkan agar anak didik dapat hidup bahagia demi kebaikan hidupnya
sendiri. Jadi dengan akalnya dikembangkan maka dapat mempertinggi kemampuan
akal pikirannya. Dari prinsip-prinsip pendidikan perenialisme tersebut maka
perkembangannya telah mempengaruhi sistem pendidikan modern, seperti pembagian
kurikulum untuk sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi.
ADSENSE HERE!
No comments:
Post a Comment