ADSENSE HERE!
Krisis Akhlak siswa, Krisis Akhlak siswa
A.
PENDAHULUAN
Akhlak merupakan ranah yang senantiasa harus slalu di pantau karena
merupakan cerminan religius seseorang, terlebih pada usia anak-anak yang
notabene merupakan ladang bagi tumbuhnya berbagai macam pengetahuan. Akhlak
pada dasarnya mengajarkan bagaimana
seseorng seharusnya berhubungan baik dengan Tuhan penciptanya dan sesama
manusia.
Pembinaan akhlak menjadi sangat penting mengingat perkembangan zaman, oleh
karena itu penanaman nilai-nilai keislaman harus dilakukan sejak usia dini.
Anak sebagai penerus bangsa harus mendapatkan perhatian yang serius dari orang
tua, masyarakat maupun dari lingkungan sekolah terutama dalam perilaku. Guru
memegang peran penting dan strategis sebab bertanggung jawab mengarahkan dan
membentuk perilaku dan kepribadian peserta didik.
Para
peserta didik mendapatkan keuntungan dengan memperoleh perilaku dan kebiasaan
positif yang mampu meningkatkan rasa percaya dalam diri mereka,membuat hidup
mereka lebih bahagia, dan lebih produktif. Tugas-tugas guru menjadi lebih
ringan dan lebih memberikan kepuasan ketika para peserta didik memiliki
disiplin yang lebih besar di dalam kelas. Para pengelola sekolah akan
menyaksikan berbagai macam perbaikan dalam hal disiplin, kehadiran, beasiswa,
pengenalan nilai-nilai moral bagi peserta didik maupun guru, demikian juga
berkurangnya tindakan vandalisme didalam sekolah.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Akhlak
Akhlak
adalah istilah yang berasal yang berasal dari bahasa Arab yang diartikan sama
atau mirip dengan “ budi pekerti” yang berasal dari bahasa Sanskerta, yang
memiliki kedekatan dengan istilah tata
krama. Akhlak pada dasarnya mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya
berhubungan dengan Tuhan Allah Penciptanya, sekalian bagaimana seseorang harus
berhubungan dengan sesama manusia. Penataan hubungan sesama manusia itu
ditekankan pada bagaimana seharusnya kelompok muda memberkan rasa hormat kepada
orang tu, dan bagaimana yang tua memberikan kasih sayang kepada yang muda. Inti
ajaran akhlak adalah niat kuat untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu sesuai
dengan rida Allah atau Tuhan.[1]
Adapun
yang digunakan oleh kurikulum nasional sejak tahun 2004 untuk pendidikan nilai
adalah pendidikan budi pekerti. Artinya, nama yang digunakan bukan pendidikan
akhlak, bukan pendidikan tata krama, dan bukan pendidikan etika. Istilah yang
digunakan adalah Pendidikan Budi Pekerti yang dimasukan sebagai bagian dari
Kurikulum Nasional Tahun 2004. Pendidikan Budi Pekerti itu tidak diajarkan secara
mandiri dalam bentuk satu mata pelajaran tertentu, melainkan diajarkan secara
integratis melalui mata pelajaran Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, IPS, dan
Bahasa Indonesia. Pendidikan budi pekerti adalah proses pendidikan yang
ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap dan perilaku yang memancarkan akhlak
mulia atau budi pekerti luhur.[2]
2.
Langkah
untuk Mengatasi Krisis Akhlak
Beberapa
langkah yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengatasi krisis akhlak
siswa-siswinya, yaitu:
1) Menanamkan
pengetahuan tentang akhlak kepada siswa
2) Memelihara
pengetahuan tentang akhlak kepada siswa
3) Meningkatkan
/ mengembangkan pengetahuan tentang akhlak kepada siswa
4) Menekankan
dan memotivasi siswa agar mampu mengamalkan akhlak yang baik
5) Memberikan
tauladan kepada siswanya dengan akhlak yang baik
Pada
dasarnya pembinaan dan pendidikan akhlak memiliki tujuan yang sama, yakni
menciptakan akhlak mulia. Akan tetapi keduanya tetap memiliki perbedaan.
Dilihat dari sudut teknis pelaksanaa, pembinaan lebih mengarah pada kegiatan
nonformal, misalnya kegiatan ekstrakulikuler di sekolah ( bakti sosial, baca
tulis Al-Qur’an dan shalat jamaah). Sedangkan pendidikan cenderung bersifat
formal dan sudah ditetapkan di kurikulum, contoh konkritnya adalah belajar
materi pendidikan akhlak di kelas.
Dalam pembelajaran siswa mempunyai kewajiban
agar mentaati peraturan tertulis, etika, adab sopan santun dan norma-norma umum
lainnya. Siswa akan menyadari bahwa apa yang terjadi di alam semesta ini pada
dasarnya berasal dari Yang Maha Pencipta. Inilah pendidikan mata pelajaran
bidang studi umum sebagai contoh yang menjadi wahana untuk pendidikan
nilai-nilai agama.[3]
3.
Sebab
Timbulnya Krisis Akhlak
Akhlak
dalam pandangan Islam mempunyai posisi yang sangat vital dan fundemental.
Adapun yang menjadi akar masalah penyebab timbulnya krisis akhlak, diantaranya
adalah :
1) Krisis akhlak terjadi karena pembinaan moral yang dilakukan oleh orang tua,
sekolah dan masyarakat sudah kurang efektif.
2) Krisis akhlak terjadi karena derasnya arus budaya hidup materialistik,
hedonistik dan sekularistik.
3) Krisis akhlak terjadi karena belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari
pemerintah.
Nilai-nilai akhlak dan moral yang berkembang kini telah jauh dari harapan
dan sangat mengkhawatirkan. Sebagai kambing hitangnya sering kita menyalahkan
dunia pendidikan yang bertanggung-jawab atas semua yang terjadi. Rasanya memang
ada benarnya juga kalau dipikirkan secara mendalam, sebab kemrosotan
nilai-nilai itu tak lepas dari peran dunia pendidikan yang tugas salah satunya
adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mendidik
nilai-nilai moral bangsa.[4]
4.
Manfaat Memperbaiki Akhlak
Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan
makhluk lainnya, sebab seandainya manusia tanpa akhlak maka akan hilang derajat
kemanusiaannya. Dr. Hamzah Ya’cub menyatakan bahwa manfaat mempelajari akhlak
adalah:
a.
Memperoleh kemajuan
rohani
b.
Sebagai penuntun
kebaikan
c.
Memperoleh kesempurnaan
iman memperoleh keutamaan di hari akhir
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan
orang tua atau lingkungan sosialnya . pada akhir usia ini, anak sudah dapat
memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah
dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau
baik-buruk. Misalnya dia memandang atau melihat bahwa perbuatan nakal, berdusta
dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah dan buruk,
sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua dan guru
merupakan suatu yang benar dan baik. Dalam mengembangkan akhlakul karimah
(akhlak mulia) anak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a.
Menjauhkan anak dari
pergaulan yang tidak baik
b.
Membiasakan untuk
bersopan santun
c.
Memberikan pujian kepada
anak yang melakukan amal sholeh, misalnya berbuat sopan dan mencela anak yang
melakukan kezaliman
d.
Membiasakan mengenakan pakaian yang rapi,
bersih dan sehat
e.
Menanamkan sikap jujur
dan tanggung jawab, misalnya disaat ulangan tidak menyontek pekerjaan teman
yang lain.
Akhlak merupakan ranah yang senantiasa harus slalu di pantau karena
merupakan cerminan religius seseorang, terlebih pada usia anak-anak yang
notabene merupakan ladang bagi tumbuhnya berbagai macam pengetahuan.[5]
5.
Karakter Pertimbangan Moral
Struktur tingkat pertimbangan moral, ditetapkan berdasarkan pada dua hal
yaitu, 1) apa yang didapatkan seseorang sebagai sesuatu yang berharga pada
setiap isu moral dan bagaimana ia menetapkan nilai-nilai, 2) mengapa seseorang
menetapkan sesuatu itu sebagai hal yang berharga, dan alasan apa yang ia
berikan kepada penilaian itu merupakan penentuan struktur tingkat pertimbangan
moral seseorang.
Jika seseorang berbicara tentang pendidikan moral, maksudnya adalah
pendidikan yang berusaha untuk mengembangkan pola perilaku seseorang sesuai
dengan kehendak atau kebiasaan masyarakat. Sedangkan pendidikan karakter,
sering disamakan dengan pendidikan budi pekerti. Seseorang dikatakan
berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai-nilai dan
keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuataan moral
dalam hidupnya.
Pertimbangan kepribadian melalui peningkatan pertimbangan moral secara
mendasar mendukung dan mengarahkan seluruh ajarannya untuk mewujudkan
nilai-nilai positif sebagaimana yang diajarkan pendidikan budi pekerti. Dengan
kepribadian yang baik, seseorang dapat mengapresiasi nilai-nilai yang
terkandung pada budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari.[6]
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal
3, yang menyebutkan : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam angka
mencerdaskan kehidupan bangsa.[7]
Krisis Akhlak siswa
C. KESIMPULAN
Akhlak
pada dasarnya mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan
Tuhan Allah Penciptanya, sekalian bagaimana seseorang harus berhubungan dengan
sesama manusia. Penataan hubungan sesama manusia itu ditekankan pada bagaimana
seharusnya kelompok muda memberkan rasa hormat kepada orang tu, dan bagaimana
yang tua memberikan kasih sayang kepada yang muda.
Beberapa
langkah yang dapat dilakukan oleh guru
dalam mengatasi krisis akhlak siswa-siswinya, yaitu:
1) Menanamkan
pengetahuan tentang akhlak kepada siswa
2) Memelihara
pengetahuan tentang akhlakkepada siswa
3) Meningkatkan
/ mengembangkan pengetahuan tentang akhlak kepada siswa
4) Menekankan
dan memotivasi siswa agar mampu mengamalkan akhlak yang baik
5) Memberikan
tauladan kepada siswanya dengan akhlak yang baik
Adapun
yang menjadi akar masalah penyebab timbulnya krisis akhlak, diantaranya adalah
:
1) Krisis akhlak terjadi karena pembinaan moral yang dilakukan oleh orang tua,
sekolah dan masyarakat sudah kurang efektif.
2) Krisis akhlak terjadi karena derasnya arus budaya hidup materialistik,
hedonistik dan sekularistik.
3) Krisis akhlak terjadi karena belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari
pemerintah.
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal
3, yang menyebutkan : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam angka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Sjarkawi.
2006. Pembentukan Kepribadian Anak:
Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun
Jadi Diri. Jakarta: PT Bumi Aksara
Adisusilo,
Sutarjo. 2013. Pembelajaran
Nilai-Karakter: Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran
Afektif. Jakarta: PT RajaGrafinda Persada
Muhsinun.
2011. Krisis Nilai-nilai Pendidikan
Nasional Sebab Akibat Solusinya. http://Muhsinun76.blogspot.com/2011/12/Krisis-Nilai-nilai-Pendidikan-Nasional-Sebab-Akibat-Solusinya,html
Krisis Akhlak siswa
[1] Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai – Karakter:
Konstruktivisme Dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, (
Jakarta;PT RajaGrafindo Persada,2013) hlm. 55
[2] Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Moral, Intelektual, Emosional, Dan Sosial
Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta; PT Bumi
Aksara,2006) hml. 32
[3] http://muhaimin.sekripsi-uin-suka.ac.id/2009/11/BAB%20%2CIV%2...%20PUSTAKA.pdf,html diakses pada hari jum’at
11-04-2014 pukul 13.00
[4] http://Muhsinun76.blogspot.com/2011/12/Krisis-Nilai-nilai-Pendidikan-Nasional-Sebab-Akibat-Solusinya,html diakses pada hari senin 7-04-2014
pukul 20.15
[5] http://muhaimin.sekripsi-uin-suka.ac.id/2009/11/BAB%20%2CIV%2...%20PUSTAKA.pdf,html diakses pada hari jum’at 11-04-2014
pukul 13.00
[6] Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Moral, Intelektual, Emosional, Dan Sosial
Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta; PT Bumi
Aksara,2006) hml. 73
[7] Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai – Karakter:
Konstruktivisme Dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, (
Jakarta;PT RajaGrafindo Persada,2013) hlm. 76
ADSENSE HERE!
makasih sharing ilmunya...
ReplyDelete