ADSENSE HERE!
PENILAIAN HASIL BELAJAR
Oleh Ahmad Arifin Zain
A.
Pendahuluan
Ketentuan
paling penting dalam evaluasi adalah bahwa hasilnya harus sesuai dengan keadaan
yang di evaluasi. Mengevaluasi dapat di umpamakan sebagai pekrjaan memotret.
Gambar potret atau foto di katakana baik apabila sesuai dengan aslinya. Gambar
pemotretan hasil evaluasi tersebut di dalam kegiatan evaluasi dikenal dengan
data evaluasi. Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut dengan
valid. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika
tes tersebut dapat memberikn hasil yang tetap.
Validitas
dan reliabilitas akan akan dikupas secara mendalam pada bagian ini, sedangkan
mengenai kepraktisan hanya akan disinggung sedikit.
B.
Validitas
Validitas
sering diartikan dengan kesahihan, sedangkan realibilitas diartikan
dengan keterandalan. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas bilamana
alat ukur tersebut isinya layak mengukur obyek yang seharusnya diukur dan
sesuai dengan criteria tertentu. Artinya adanya kesesuaian antara alat ukur
dengan fungsi pengukuran dan sasaan pengukuran.[1]
Adapun
jenis-jenis validitas tes yaitu:
1.
Validitas
Ramalan (Predictive Validity)
Validitas
ramalan artinya ketepatan (kejituan) dari pada suatu alat pengukur ditinjau
dari kemampuan tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapainya kemudian.
Misalnya suatu tes hasil belajar dapat dikatakan mempunyai validitas ramalan
yang tinggi apabila hasil yang dicapai oleh anak dalam tes tersebut betul-betul
dapat meramalkan sukses tidaknya anak-anak dalam pelajaran-pelajaran yang akan
datang. Cara yang dipergunakan untuk menilai tinggi rendahnya validitas ramalan
ini ialah dengan jalan mencari korelasi antara nilai-nilai yang dicapai oleh
anak-anak dalam tes tersebut dengan nilai-nilai yang dicapainya kemudian.
2.
Validitas
Bandingan (Concurent Validity)
Validitas
bandingan artinya kejituan dari pada suatu tes dilihat dari korelasinya
terhadap kecakapan yang telah dimiliki saat ini secara riil. Cara yang
dipergunakan untuk menilai validitas bandingan ialah dengan jalan
mengkorelasikan hasil-hasil yang dicapai dalam tes tersebut dengan hasil-hasil
yang dicapai dalam tes yang sejenis yang telah diketahui mempunyai validitas
yang tinggi (misalnya tes standar). Tinggi rendahnya koefisien korelasi yang
diperoleh menunjukan tinggi rendahnya validitas tes yang akan kita nilai
kualitasnya.
3.
Validitas
Isi (Content Validity)
Validitas
isi artinya kejituan dari pada suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut. Suatu
tes hasil belajar dapat dikatakan valid, apabila materi tes tersebut
betul-betul merupakan bahan-bahan yang representative terhadap bahan-bahan
pelajaran yang diberikan. Misalnya apabila kita ingin memberikan tes Bahasa
Inggris kepada anak-anak kelas II, maka item-itemnya harus diambil dari
bahan-bahan pelajaran kelas II. Kalau di dalamnya kita selipkan item-item yang
diambil dari bahan-bahan pelajaran kelas III, maka tes tersebut sudah tidak
valid lagi.
4.
Validitas
Susunan (Construct Validity)
Validitas
susunan artinya kejituan dari pada suatu tes ditinjau dari susunan tes
tersebut. Misalnya kalau kita ingin memberikan tes kecakapan ilmu pasti, kita
harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang benar-benar akan mengukur
kecakapan ilmu pasti, bukan mengukur kemampuan bahasa karena soal itu ditulis
secara berkepanjangan dengan bahasa yang sukar dimengerti.[2]
Cara Mengetahui
Validitas
Tekhnik
yang digunakan adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan
oleh Pearson.
a.
Korelasi
Product Moment dengan simpangan.
Rumus
=



Di mana :




b.
Korelasi
Product Moment dengan angka kasar.
Rumus
=



Di mana
C.
Reliabilitas
Reliabilitas
sering diartikan dengan keterandalan. Artinya suatu tes memiliki keterandalan
bilamana tes tersebut dipakai mengukur berulang-ulang hasilnya sama. Dengan
demikian reliabilitas dapat pula diartikan dengan keajegan atau stabilitas.
Reliabilitas
diartikan dengan keajegan bilamana tes tersebut diujikan berkali-kali
hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil tes pertama dengan tes berikutnya
dikorelasikan terdapat hasil korelasi yang signifikan.
Reliabilitas
diartikan dengan stabilitas bilamana tes itu diujikan dan hasilnya
bdiadakan analisis reliabilitas dengan menggunakan criteria internal dalam tes
tersebut.[4]
Beberapa
cara yang dapat digunakan untuk mencari taraf reliabilitas dari suatu tes:
1.
Teknik
Ulangan
Mencari
reliabilitas suatu tes dengan teknik ulangan ialah dengan jalan memberikan tes
tersebut kepada sekelompok anak-anak dalam dua kesempatan yang berlainan.
2.
Teknik
bentuk paralel
Dalam
teknik ini dipergunakan dua buah tes yang sejenis (tetapi tidak identik),
mengenai isinya; proses mental yang diukur, tingkat kesukaran jumlah item dan
aspek-aspek yang lain.
Kedua tes ini diberikan kepada sekelompok
subjek tanpa adanya tenggang waktu. Skor yang diperoleh dari kedua tes tersebut
dikorelasikan. Besar kecilnya koefisien korelasi yang diperoleh menunjukan
reliabilitas daripada tes tersebut.
3.
Teknik
belah dua
Dalam
teknik ini, tes yang telah diberikan kepada sekelompok subjek dibelah menjadi
dua bagian. Kemudian tiap-tiap bagian diberikan skor secara terpisah. Ada dua
prosedur yang dapat digunakan untuk membelah dua suatu tes yaitu:
a.
Prosedur
ganjil genap, artinya seluruh item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi
satu kelompok, dan seluruh item yang bernomor genap menjadi kelompok lain.
b.
Prosedur
secara random, misalnya dengan jalan lotre, atau dengan jalan mempergunakan
tabel bilangan random.
Koefisien
korelasi yang dapat diperoleh dari kedua belahan itu menunjukan reliabilitas
dari setengah tes.
Untuk
mencari reliabilitas seluruh tes dipergunakan rumus Spearman Brown sebagai
berikut:


Keterangan:

N= Perbandingan antara panjang tes seluruhnya
dengan panjang tes yang dikorelasikan.

Contoh:
Suatu tes terdiri dari 50 item.
Secara random diambil 25 item sebagai belahan pertama dan 25 item sebagai
belahan kedua. Skor yang dicapai oleh pengikut tes pada kedua belahan tersebut
dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh bantara kedua belahan tersebut
adalah 0,627. Maka koefisien korelasi seluruh tes dapat dicari sebagai berikut:


= 

= 

= 

= 0,771.[5]
D.
Hubungan
Antara Validitas dengan Reliabilitas
Umumnya orang berpendapat
bahwa validitas mempunyai hubungan proporsional dengan reliabilitas. Orang
menduga bahwa semakin valid suatu tes, semakin reliable dan sebaliknya. Dugaan
itu tidak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak sepenuhnya betul.
Ada kemungkinan hubungan antara
validitas reliabilitas itu bersifat independent, bebas satu sama lain
dan dapat pula bersifat detrimental.
Bila tes itu heterogen, mungkin
mempunyai reliabilitas keajegan internal rendah, tetapi mempunyai validitas
prediktif yang tinggi. Bila suatu tes bersifat homogeny mungkin sekali
mempertinggi reliabilitas tanpa mempengaruhi validitas, misalnya dengan
menambah item tanpa menambah varians dalam factor umum yang tidak bersangkutan
dengan kriteria.
Tujuan validitas dan reliabilitas
seringkali bersilangan. Bila kita ingin mempunyai suatu tes reliabel sekaligus
valid dengan koefisien tinggi, sering kita mengerjakan pekerjaan yang mempunyai
tujuan bersilangan. Reliabilitas maksimal membutuhkan interkorelasi tinggi
antar item, sedangkan validitas prediktif yang maksimal memerlukan
interkorelasi antar item rendah. Reliabilitas maksimal membutuhkan item dengan
tingkat kesukaran sama, sedangkan validitas prediktif maksimal menuntut tes
memiliki taraf kesukaran berbeda, sehingga perlu kompromi.[6]
E.
Obyektifitas,
Praktis, dan Ekonomis
I.
Obyektifitas
Tes
obyektif sering disebut juga tes dikotomi, karena jawabannya antara benar atau
salah dan skornya antara 1 atau 0. Disebut tes obyektif karena penilaiannya
obyektif. Siapapun yang mengoreksi jawaban tes obyektif hasilnya akan sama
karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut peserta
didik untuk memilih jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yag telah
disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau
pernyataan yang belum sempurna.
Macam-Macam Tes Obyektif
a.
Benar-Salah
Bentuk tes
benar-salah adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu
benar atau salah. Salah satu fungsi
bentuk soal benar salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
membedakan antara fakta dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak
digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan
hubungan yang sederhana.
Beberapa petunjuk
praktis dalam menyusun soal bentuk B-S yaitu :
· Dalam meyusun item bentuk benar salah ini
hendaknya jumlah item cukup banyak, sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
Sebaliknya, jika jumlah item kurang dari 50, kiranya kurang dapat dipertanggung
jawabkan.
· Jumlah item yang enar dan salah hendaknya
sama.
· Berilah petunjuk cara mengerjakan soal
yang jelas dan memakai kalimat yang sederhana.
· Hindarkan pernyataan yang terlalu umum,
kompleks, dan negative.
· Hindarkan penggunaan kata yang dapat
memberi petunjuk tentang jawaban yang dikehendaki. Misalnya, biasanya, umumnya,
selalu.
b.
Pilihan
Ganda
Soal tes bentuk
pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belaja yang lebih komleks
danberkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Pilihan jawaban terdiri atas jawaban dan kemungkinan jwaban salah
yang dinamakan pengecoh.
c.
Menjodohkan
Soal tes bentuk
menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikumpukan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan
kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban.
d.
Jawaban
Singkat dan Melengkapi
Kedua bentuk tes
ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat atau dan angka-angka yang
hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal tes bentuk jawaban singkat biasanya
dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Dengan kata lain, soal tersbut berupa
suatu kalimat bertanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata, prase,
nama, tempat, nama tokoh, lambang, dan lain-lain.
II.
Praktis
dan Ekonomis
Tes memiliki sifat
kepraktisan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan penggunaan tes,
dan memiliki nilai ekonomik, disamping harus mempertimbangkan kerahasiaan tes.
Jangan sampai hanya atas dasar murahnya dan mudahnya pengolahan hasil sampai
mengorbankan prinsip utamanya yakni validitas dan reliabilitasnya.[7]
F.
Penutup
· Validitas artinya adanya kesesuaian antara
alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.
Adapun jnis-jenis
validitas tes yaitu :
1)
Validitas
Ramalan (Predictive Validity)
2)
Validitas
Bandingan (Concurent Validity)
3)
Validitas
Isi (Content Validity)
4)
Validitas
Susunan (Construct Validity)
· Reliabilitas sering diartikan dengan
keterandalan. Artinya suatu tes memiliki keterandalan bilamana tes tersebut
dipakai mengukur berulang-ulang hasilnya sama. Dengan demikian reliabilitas
dapat pula diartikan dengan keajegan atau stabilitas.
Ada
beberapa cara yang digunakan untuk mencari taraf reliabilitas suatu tes yaitu :
1)
Teknik
Ulangan
2)
Teknik
Bentuk Paralel
3)
Teknik
belah dua
· Obyektif karena penilaiannya obyektif
· Praktis dan Ekonomis
Tes memiliki sifat
kepraktisan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan penggunaan tes,
dan memiliki nilai ekonomik, disamping harus mempertimbangkan kerahasiaan tes.
Jangan sampai hanya atas dasar murahnya dan mudahnya pengolahan hasil sampai
mengorbankan prinsip utamanya yakni validitas dan reliabilitasnya.
PENILAIAN HASIL BELAJAR
DAFTAR PUSTAKA
Thoha, Chabib.
1991. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali
Nurkancana, Wayan, & Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional
Arikunto,
Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
[1] Chabib Thoha, M.A, Teknik Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta:
CV. Rajawali), 1991, hlm 109
[2] Wayan Nurkancana, Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya:
Usaha Nasional), 1982, hlm 128-130
[4] Chabib Toha, Op.Cit, hlm 118-119
[5] Wayan Nurkancana, Sumartana, Op.Cit, hlm. 131-133
[6] Chabib Thoha, Op. Cit, hlm. 117-118
[7] Chabib Toha, Op.Cit, hal. 109
ADSENSE HERE!
No comments:
Post a Comment