ADSENSE HERE!
Nama : Rofik Andi H
NIM : 1123305030
Jur/Smt/Prodi : Tar/4/PGMI-A
PENDAHULUAN
Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani
Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah Abdullah
al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah
Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H
(750 M) s/d. 656 H (1258 M).
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan
biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:
3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa
kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini
disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa
pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah
al-Kubra/Seljuk agung).
5. Periode Kelima (590
H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain,
tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.
Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Bani
Abbasyiyah
Pada masa sepuluh Khalifah pertama Bani Abbasyiyah, puncak pencapaian
kemajuan peradaban Islam terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid
(786-809 M). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah, senang
bershadaqah, sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama, senang
dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama. Pada masa
pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani
dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama
lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya
besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang
berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan
pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat
kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan
bagi keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi
didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.
Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial,
kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan
berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan
dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.
Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasyiyah
Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang karyanya
diakui dunia diantaranya:
· Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran,
menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke
dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At
Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya
penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di
seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan
antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku
mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu
Sina.
· Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang
bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24
detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam
bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana
terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan.
· Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua
dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali
oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae.
· Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang
matematika (geometri dan trigonometri).
Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tidak terlepas
dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap
berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan
yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur
(745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia,
farmasi, biologi, fisika dan sejarah. Diantara tokoh-tokoh Islam dalam ilmu
pengetahuan, antara lain:
a. Bidang filsafat:
al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Sina, al-
Ghazali,Ibnu Rusyid.
Ghazali,Ibnu Rusyid.
b. Bidang kedokteran: Jabir ibnu Hayan , Hunain bin Ishaq, Tabib bin Qurra
,Ar-Razi.
c. Bidang Matematika: Umar al-Farukhan , al-Khawarizmi.
d. Bidang astronomi: al-Fazari, al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan
sebagainya.
Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para
alim ulama,
berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu
pengetahuan, antara lain :
berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu
pengetahuan, antara lain :
1. Ilmu Umum
a. Ilmu Filsafat
1) Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236
judul.
2) Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
3) Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)
4) Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
5) Ibnu Shina (980-1037
M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya
dan lain-lain
6) Al Ghazali (1085-1101
M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al
Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah,Mizanul Amal,Ihya Ulumuddin dan lainlain
Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah,Mizanul Amal,Ihya Ulumuddin dan lainlain
7) Ibnu Rusd (1126-1198
M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah dan lain-lain
b. Bidang Kedokteran
1) Jabir bin Hayyan (wafat
778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
2) Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai
penterjemah bahasa asing.
penterjemah bahasa asing.
3) Thabib bin Qurra
(836-901 M)
4) Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan
campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
c. Bidang Matematika
1) Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota
Baghdad.
2) Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar),
penemu angka (0).
d. Bidang Astronomi
Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga
banyak para ahli yang terkenal
dalam perbintangan ini seperti :
dalam perbintangan ini seperti :
1) Al Farazi : pencipta Astro lobe
2) Al Gattani/Al Betagnius
3) Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
4) Al Farghoni atau Al Fragenius
e. Bidang Seni Ukir
Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff
(961-976 M) dan ada seni musik,
seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
2. Ilmu Naqli
a. Ilmu Tafsir. Para mufassirin yang
termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H),
Muhammad bin Ishak dan lain-lain
b. Ilmu Hadist. Muncullah ahli-ahli
hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256H), Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275
H),At Tarmidzi, dan lain-lain
c. Ilmu Kalam. Dalam kenyataannya kaum Mu’tazilah berjasa besar dalam menciptakan ilmu kalam, diantaranya
para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan
Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali
d. Ilmu Tasawuf. Ahli-ahli dan
ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465H). Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H).
Karangannya: Awariful Ma’arif, Imam Ghazali : Karangannya al Bashut, al Wajiz dan
lain-lain.
e. Para Imam Fuqaha. Lahirlah para Fuqaha
yang sampai sekarang aliran mereka masih mendapat tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang mengembangkan
faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah (Hasjmy, 1995:276-278).
faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah (Hasjmy, 1995:276-278).
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasyiyah
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat,
karena upaya upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat
kita lihat dari bangunan –bangunan yang berupa:
a. Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah dan
menengah.
b. Majlis Muhadharah, yaitu tempat pertemuan
para ulama, sarjana,ahli pikir dan
pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
c. Darul Hikmah, adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini
merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan
belajar.
merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan
belajar.
d. Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang mula-mula
mendirikan
sekolah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan nama Madrasah.
sekolah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan nama Madrasah.
e. Masjid, biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus.
Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti
kehidupan
ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah
Mansyur.
ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah
Mansyur.
Lembaga-lembaga Pendidikan Sebelum Madrasah
Adapun lembaga-lembaga pendidikan islam yang
sebelum kebangkitan madrasah pada masa klasik, adalah:
1. Suffah
Pada masa Rasulullah SAW, suffah adalah suatu
tempat yang dipakai untuk aktivitas pendidikan biasanya tempat ini menyediakan pemondokan
bagi pendatang baru dan mereka yang tergolong miskin disini para siswa diajari
membaca dan menghafal al-qur’an secara benar dan hukum islam dibawah bimbingan
langsung dari Nabi, dalam perkembangan berikutnya, sekolah shuffah juga
menawarkan pelajaran dasar-dasar menghitung, kedokteran, astronomi, geneologi
dan ilmu filsafat.
2. Kuttab atau maktab.
Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar yang
sama, yaitu kataba yang artinya menulis. Sedangkan kuttab atau maktab berarti
tempat untuk menulis atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan tulis menulis.
Dengan adanya perubahan kurikulum tersebut dapat
dikatakan bahwa kuttab pada awal perkembangan merupakan lembaga pendidikan yang
tertutup dan setelah adanya persentuhan dengan peradaban helenisme menjadi
lembaga pendidikan yang terbuka terhadap pengetahuan umum, termasuk filsafat.
3. Halaqah.
Halaqah artinya lingkaran. Artinya proses belajar
mengajar disini dilaksanakan dimana murid dan meringkari gurunya. Seorang guru
biasanya duduk dilantai menerangkan, membacakan karangannya, atau memberikan
komentar atas karya pemikiran orang lain. Kegiatan di halaqah ini tidak khusus
untuk megajarkan atau mendiskusikan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan
umum, termasuk filsafat.
4. Majlis.
Istilah majlis telah dipakai dalam pendidikan sejak
abad pertama islam, mulanya ia merujuk pada arti tempat-tempat pelaksanakan
belajar mengajar. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dalam islam, majlis
digunakan sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan sebagai majlis banyak
ragamnya, menurut Muniruddin Ahmad ada 7 (tujuh) macam majlis, diantaranya: Majlis al-hadits, Majlis al-tadris, Majlis al-manazharah, Majlis muzakarah, Majlis al-syu’ara, Majlis al-adab, Majlis al-fatwa dan al-nazar.
5. Masjid
Semenjak berdirinya di zaman Nabi SAW, masjid telah
menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kaum muslimin, baik yang
menyangkut pendidikan maupun sosial ekonomi. Namun, yang lebih penting adalah
sebagai lembaga pendidikan.
Kurikulum pendidikan dimasjid biasanya merupakan
tumpuan pemerintah untuk memperoleh pejabat-penjabat pemerintah, seperti,
qodhi, khotib dan iman masjid.
6. Khan
Khan biasanya difungsikan sebagai penyimpanan
barang-barang dalam jumlah besar atau sebagai sarana komersial yang memiliki
banyak toko, seperti, khan al narsi yang berlokasi di alun-alun karkh di
bagdad.
7. Ribarth
Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin
menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan mengkonsentrasikan diri untuk
semata-mata ibadah.
8. Rumah – Ulama
Rumah sebenarnya bukan tempat yang nyaman untuk
kegiatan belajar mengajar, namun para ulama dizaman klasik banyak yang
mempergunakan rumahnya secara ikhlas untuk kegiatan belajar mengajar dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
9. Toko-toko buku dan perpustakaan
Toko-toko buku memiliki peranan penting dalam
kegiatan keilmuan islam, pada awalnya memang hanya manjual buku-buku, tetapi
berikutnya menjadi sarana untuk berdiskusi dan berdebat, bahkan pertemuan rutin
sering dirancang dan dilaksanakan disitu. Disamping tokobuku, perpustakan juga memilki
peranan penting dalam kegiatan transfer keilmuan islam.
10. Rumah sakit
Rumah sakit pada zaman klasik bukan saja berfungsi
sebagai tempat merawat dan mengobati orang-orang sakit, tetapi juga mendidik
tenaga-tenaga yang berhungan dengan perawatan dan pengobatan. Pada masa itu,
percabaan dalam bidang kedokteran dan obat-oibatan dilaksanakan sehingga ilmu
kedoteran dan obat-obatan cukup pesat.
Rumah sakit juga merupan tempat praktikum sekolah
kedoteran yang didirikan diluar rumah sakit, rumah sakit juga berfungsi sebagai
lembaga pendidikan .
11. Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal
badui)
Badiah merupakan sumber bahasa arab yang asli dan
murni, dan mereka tetap mempertahankan keaslian dan kemurnian bahasa arab. Oleh
karena itu badiah-badiah menjadi pusat untuk pelajaran bahasa arab yang asli
dan murni. Sehingga banyak anak-anak khulifah, ulama-ulama dan para ahli ilmu
pengetahuan pergi ke badiah-badiah dalam rangka mempelajari bahasa dan
kesusastraan arab. Dengan begitu badiah-badiah telah berfungsi sebagai lembaga
pendidikan.
Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasyiyah
Kurikulum yang
dikembangkan dalam pendidikan Islam saat itu, yaitu :
a.
kurikulum pendidikan
tingkat dasar yang terdiri dari pelajaran membaca, menulis, tata bahasa, hadist,
prinsip-prinsip dasar Matematika dan pelajaran syair. Ada juga yang menambahnya
dengan mata pelajaran nahwu dan cerita-cerita. Ada juga kurikulum yang
dikembangkan sebatas menghapal Al-Quran dan mengkaji dasar-dasar pokok agama.
Berikut sebuah riwayat
yang bisa memberikan gambaran tentang kurikulum pendidikan pada tingkat dasar
pada saat itu. Al Mufadhal bin Yazid menceritakan bahwa pada suatu hari ia
berjumpa seorang anak-anak laki dari seorang baduwi. Karena merasa tertarik dengan
anak itu, kemudian ia bertanya pada ibunya. Ibunya berkata kepada Yazid:
“…apabila ia sudah berusia lima tahun saya akan menyerahkannya kepada seorang
muaddib (guru), yang akan mengajarkannya menghapal dan membaca Al-Quran lalu
dia akan mengajarkannya syair. Dan apabila dia sudah dewasa, saya akan menyuruh
orang mengajarinya naik kuda dan memanggul senjata kemudian dia akan
mondar-mandir di lorong-lorong kampungnya untuk mendengarkan suara orang-orang
yang minta pertolongan…”.
b.
kurikulum pendidikan
tinggi. Pada pendidikan tinggi, kurikulum sejalan dengan fase dimana dunia
Islam mempersiapkan diri untuk memperdalam masalah agama, menyiarkan dan
mempertahankannya. Akan tetapi bukan berarti pada saat itu, yang diajarkan
melulu agama, karena ilmu yang erat kaitannya dengan agama seperti bahasa,
sejarah, tafsir dan hadis juga diajarkan.
Kurikulum Pendidikan
Islam
Sebelum
Berdirinya
Madrasah.
- Kurikulum pendidikan rendah
Sebelum berdirinya madrasah, tidak ada tingkatan
dalam pendidikan islam, tetapi hanya satu tingkat yang bermula dikuttab dan
berakhir didiskusi halaqah. Tidak ada kurikulum khusus yang diikuti oleh
seluruh umat islam, dilembaga kuttab biasanya diajarkan membaca dan menulis
disamping al-qur’an, kadang diajarkan bahasa nahwu dan arudh. Sedangkan kurikulum yang
ditawarkan oleh Ibnu Sina untuk tingkat ini adalah mengajari al-qur’an, karena
anak-anak dari segi fisik dan mental telah siap menerima pendiktean.
- Kurikulum pendidikan tinggi.
Kurikulum pendidikan tinggi, berpariasi tergantung
pada syaikh yang mau mengajar para mahasiswa tidak terikat untuk mempelajari
mata pelajaran tertentu, demikian juga guru tidak mewajibkan kepada mahasiswa
untuk mengikuti kurikulum tertentu. Kurikulum pendidikan tingkat ini dibagi kepada dua
jurusan, jurusan ilmu-ilmu agama dan jurusan ilmu pengetahuan.
Al-Khuwarazmi (Yusuf al-kutub, tahun 976) meringkas
kurikulum agama sebagai berikut: Ilmu Fiqih, ilmu nahwu, ilmu kalam, ilmu
kitabah (sekretaris), ilmu arudh, dan lain-lain.
Ikhwan Al-Ahafa mengklasifikasikan ilmu-ilmu umum
kepada:
1) Disiplin-disiplin umum: tulis baca, arti baca
gramatika, ilmu hitung, satra, ilmu tentang tanda dan isyarat, ilmu sihir,
jimat, kimia, sulap, dagang, dan sebagainya.
2) Ilmu-ilmu filosofis: matematika, logika, ilmu
angka-angka, geometri, astronomi, musik, aritmatika dan hukum-hukum geometri,
dan sebagainya.
Kurikulum
setelah berdirinya madrasah.
Berdirinya madrasah, pada satu sisi, merupakan
sumbangan islam bagi peradaban sesudahnya, tapi pada sisi lain membawa dampak
yang buruk bagi dunia pendidikan setelah hegomoni negara terlalu kuat terhadap
madrasah ini. Akibatnya kurikulum madrasah ini dibatasi hanya pada wilayah
hukum (fiqih) dan teologi. ”pemakruhan” penggunaan nalar setelah runtuhnya
Mu’tazilah, ilmu-ilmu profan yang sangat dicurigai dihapus dari kurikulum
madrasah, mereka yang punya minat besar terhadap ilmu-ilmu ini terpaksa belajar
sendiri-sendiri. Karenanya ilmu-ilmu profan banyak berkembang di lembaga
nonformal.
Pada
masa Abbasiyah sekolah-sekolah terdiri dari beberapa tingkat, yaitu:
- Tingkat sekolah
rendah, namanya Kuttab
sebagai tempat belajar bagi anak-anak. Di samping Kuttab ada pula
anak-anak belajar di rumah, di istana, di took-toko dan di pinggir-pinggir
pasar. Adapun pelajaran yang diajarkan meliputi: membaca Al-Qur’an dan
menghafalnya, pokok-pokok ajaran islam, menulis, kisah orang-orang besar
islam, membaca dan menghafal syair-syair atau prosa, berhitung, dan juga
pokok-pokok nahwu shorof ala kadarnya.
- Tingkat sekolah
menengah, yaitu di masjid
dan majelis sastra dan ilmu pengetahuan sebagai sambungan pelajaran di
kuttab. Adapun pelajaran yang diajarkan melipuri: Al-Qur’an, bahasa Arab,
Fiqih, Tafsir, Hadits, Nahwu, Shorof, Balaghoh, ilmu pasti, Mantiq, Falak,
Sejarah, ilmu alam, kedokteran, dan juga music.
- Tingkat perguruan
tinggi, seperti Baitul
Hikmah di Bagdad dan Darul Ilmu di Mesir (Kairo), di masjid dan lain-lain.
Pada tingkatan ini umumnya perguruan tinggi terdiri dari dua jurusan:
KESIMPULAN
Pada masa bani
Abbasyiyah, pendidikan islam sangat berkembang pesat terutama pada masa
pemerintahan Harun Ar-Rasyid. Pada masa pemerintahannya, banyak bermunculan
pemikiran-pemikiran baru yang berhubungan dengan ilmu agama dan ilmu umum. Dan
juga bermunculah tokoh-tokoh pendidikan islam yang sangat berpengaruh dalam
mengembangkan pendidikan agama maupun pendidikan umum.
Pada masa pemerintaha
Ar-Rasyid banyak dibangun lembaga-lembaga pendidikan seperti Suffah,
kuttab/maktab, halaqoh, majlis, masjid, khan, ribbat, rumah – ulama, rumah
sakit, toko buku – perpustakaan, dan badiah. Juga yang sampai saat ini masih
dipergunakan oleh para pelajar untuk belajar pendidikan umum dan agama, yaitu
Madrasah.
Referensi:
http://szoebaidah.blogspot.com/2012/10/pendidikan-islam-pada-masa bani.html#!/2012/10/pendidikan-islam-pada-masa-bani.html
ADSENSE HERE!
makasih untuk artikel yang sangat informatif...
ReplyDelete