ADSENSE HERE!
Kurikulum 2013 telah diterapkan, banyak pro kontra di masyarakat tentang hal tersebut. Kenyataan di lapangan, sekolah-sekolah swasta di pedesaan masih belum siap baik dari segi sarana prasarana maupun kesiapan guru.
salah satu penekanan pada kurikulum 2013 adalah pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (scientific).
mungkin banyak teman-teman yang belum mengetahui tentang pendekatan ini. Nah dalam tulisan ini saya akan mencoba mengulas sedikit tentang pendekatan yang konon katanya menurut para guru kelas membuat siswanya lebih antusias dalam pembelajaran
Pendekatan Scientific Dalam
Pembelajaran
Menurut Iskandar (2008: 16)
pendekatan scientific (ilmiah) adalah suatu proses
penyelidikan secara sistematik yang terdiri atas bagian bagian yang saling
bergantung (interdependent), ini adalah metode yang berkembang dan
berhasil dalam memahami pendidikan kita yang semakin rumit.
Secara
sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme untuk
mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode
ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai
non ilmiah. Pendekatan non ilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan
intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir
kritis. Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa
mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi
berbasis proses dan output). Penilaian proses pembelajaran menggunakan
pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan
siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh (Permen No.65 Tahun 2013).
Pembelajaran
merupakan proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran (Kemdikbud, 2013). Pendekatan ilmiah
diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi
kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive
reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning).
Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang
spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi
spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya,
penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang
lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian
spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas
fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan
memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian
(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang
dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang
spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas
pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, kemudian memformulasi dan
menguji hipotesis.
Proses pembelajaran harus dipandu
dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan
dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang
suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan
dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran
disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini (Kemendikbud, 2013):
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan
sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi
edukatif guru-pes erta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara
kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari
substansi atau materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon substansi atau materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas,
namun menarik sistem penyajiannya.
Pendekatan scientific pada
kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia menjabarkan langkah-langkah
pembelajaran tersebut menjadi lima, yaitu: mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengkomunikasikan atu membentuk jejaring (Kemendikbud, 2013).
Langkah-langkah pendekatan scientific pembelajaran dijelaskan di bawah
ini:
1. Mengamati, Aktivitas mengamati mengutamakan kebermaknaan
proses pembelajaran (meaningfull learning). Aktivitas ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya.
2. Menanya,
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar dengan baik.
3. Menalar,
Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran
asosiatif. Menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-
kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi
simpulan yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih
banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik.
Menalar secara deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang
bersifat khusus.
4. Mencoba, Untuk
memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Pada mata pelajaran Matematika, misalnya peserta didik harus memahami
konsep-konsep Matematika dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta
didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan
tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
5. Membentuk
jejaring,
Membentuk jejaring akan mempertajam daya nalar peserta didik. Di sinilah
esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan
antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.
nah itu tadi sedikit definisi tentang pendekatan scientific pada kurikulum 2013.
Mungkin lebih lengkapnya silahkan teman-teman baca di buku ini Kemdikbud.
2013. Pengembangan Kurikulum 2013. Paparan Mendikbud dalam
Sosialisasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.
ADSENSE HERE!
No comments:
Post a Comment